UISI- Kemunculan COVID-19 semakin meresahkan masyarakat tentang penyebaran virus yang semakin meluas. Tingkat kasus virus corona semakin bertambah hingga akhirnya pemerintah hingga seluruh institusi dan pendidikan memberlakukan Work From Home (WFH). Hal ini kerap dilakukan untuk meminimalisir kerumunan.
Sejak dikeluarkannya surat edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, UISI (Universitas Internasional Semen Indonesia) mulai memberlakukan perkuliahan secara daring yang memanfaatkan beberapa aplikasi untuk menunjang proses belajar mengajar. Hal ini juga dilakukan oleh Departemen Manajemen Rekayasa saat proses pembelajarannya bersama teknisi atau dengan istilah lain adalah kuliah tamu. Meskipun tak dapat bertatap wajah satu sama lain secara langsung, pengetahuan tetap dibagikan kepada mahasiswa Manajemen Rekayasa (MR) di bidang keilmuan bersama ahlinya.
“Meskipun belum pernah ketemu, dalam kondisi Work From Home kita harus tetap bekerja dan belajar,” ungkap bu Kuntum Khoiro Umnati selaku Dosen Manajemen Rekayasa.
Kuliah tamu yang berlangsung pada Senin (27/4) dihadiri oleh Bapak Durain Parmanoan Siregar S.T., M.T., IPM sebagai General Manager PT. Solusi Bangun Andalas, Lhoknga Plant sebagai pemateri. Kegiatan ini mengangkat pada tema “Innovative and Adaptive: Product Development Strategy in Competitive Era”. Pembahasan pada perkuliahan ini menarik antusias peserta yang juga diikuti oleh beberapa mahasiswa akuntansi, alumni UISI dan juga beberapa dosen UISI. Tajuknya banyak membahas peluang dalam kondisi krisis yang kini banyak dirasakan oleh seluruh masyarakat. Berdasarkan data dan fakta yang dipaparkan, ada beberapa peluang dapat dimanfaatkan dengan berbagai strategi. Dengan melihat sejarah perkembangan produk sebagai contoh pasti terdapat fase naik turun atau untung rugi.
“Coba kita baca sejarah produk-produk yang terkenal, dia pernah mengalami masa kerugian, masa gak enaknya lah kayak smartphone kita yang udah canggih, disitu mereka tidak berhenti, terus berkembang dengan langkah innovative dan diseimbangkan dari adaptivenya,” Kata Pak Durain.
“Bagaimanapun hambatan yang terjadi permasalahan terbesar itu ada pada diri kita. Mau berhenti atau terus mencari-cari untuk berinovasi,” imbuhnya.